DAMPAK GLOBALISASI MEDIA TERHADAP MASYARAKAT DAN BUDAYA INDONESIA
Peran media masa dalam
kehidupan sosial, terutama dalam kehidupan modern tidak ada yang menyangkal,
menurut Mc Quail dalam bukunya Mass Communication Theories(2000 : 66), ada enam
perspektif dalam hal melihat peran media.Pertama, melihat media
masa sebagai window on event and experriece. Media dipandang sebagai jendela
yang memungkinkan khalayak melihat apa yang sedang terjadi disana. Atau media
merupakan sarana belajar untuk mengetahui berbagai peristiwa.Kedua, media juga
sering dianggap a mirror of event in society and the word implying a faithful
reflection. Cermin berbagai peristiwa yang ada di masyarakat dan dunia yang
merefleksikan apa adanya. Karenanya para pengelola sering merasa tidak
“bersalah” jika isi media penuh dengan kekerasan , konflik, pornografi, dan
berbagai keburukan lain, karena memang menurut mereka faktanya demikian, media
hanya sebagai refleksi fakta, terlepas dari suka atau tidak suka. Padahal
sesungguhnya, angle, arah framing dari isi yang dianggap sebagai cermin
realitas tersebut diputuskan oleh para professional media, dan khalayak tidak
sepenuhnya bebas untuk mengetahwi apa yang mereka inginkan.Ketiga, memandang media
masa sebagai filter, sebagai guide atau gatekeeper yang menyeleksi berbagai hal
untuk diberi perhatian atau tidak. Media senantiasa memilih issue, informasi
atau bentuk content yang lain berdasar standar para pengelolanya. Disini
khalayak “dipilihkan“ oleh media tentang apa-apa yang layak diketahwi dan
mendapat perhatian.Keempat, media masa
acapkali juga dipandang sebagai guide, penunjuk jalan atau interpreter, yang
menerjemahkan atau menunjukkan arah atas berbagai ketidakpastian , atau
alternative yang beragam.Kelima, melihat media
sebagai forum untuk mempresentasikan berbagai informasi danide-ide kepada
khalayak, sehingga memungkinkan terjadinya tanggapan dan umpan balik.Keenam, media masa
sebagai interlocutor, yang tidak hanya sekadar tempat berlalu lalangnya
informasi, tetapi juga parthner komunikasi yang memungkinkan terjadinya
komunikasi interaktif.Pendeknya semua ini
ingin menunjukkan, peran media dalam kehidupan sosial bukan sekedar sarana
divercion, pelepas ketegangan atau hiburan, tetapi isi dan informasi yang
disajikan, mempunyai peran yang signifikan dalam kehidupan sosial. Isi media
masa merupakan konsumsi otak bagi khalayaknya, sehingga apa yang ada di media
masa akan mempengaruhi realitas subyektif pelaku interaksi sossial. Gambaran
tentang realitas yang dibentuk oleh isi media masa inilah yang nantinya
mendasari respond an sikap terhadap berbagai objek social. Informasi yang salah
dari media masa akan memunculkan gambaran yang salah pula terhadap obyek sosial
itu. Karenanya media masa dituntut menyampaikan informasi secara akurat dan
berkualitas. Kualitas informasi inilah yang merupakan tuntutan etis dan moral
penyajian media masa.
GLOBALISASI MEDIA
Bertolak dari besarnya
peran media massa dalam mempengaruhi
pemikiran khalayaknya, tentulah perkembangan media massa di Indonesia pada massa akan datang harus dipikirkan lagi.
Apalagi menghadapi globalisasi media massa yang tak terelakan lagi.Lantas bagaimana bagi
negara berkembang seperti Indonesia menyikapi fenomena transformasi media
terhadap perilaku masyarakat dan budaya? Bukankah globalisasi media dengan
segala nilai yang dibawanya seperti lewat televisi, radio, majalah, Koran,
buku, film, vcd dan kini lewat internet
sedikit banyak akan berdampak pada kehidupan masyarakat? Saat ini masyarakat Indonesia sedang
mengalamai serbuan yang hebat dari berbagai produk pornografi berupa tabloid,
majalah, buku bacaan di media cetak, televisi, radio dan terutama adalah
peredaran bebas VCD. Baik yang datang dari luar negeri maupun yang diproduksi
sendiri. Walaupun media pornografis bukan barang baru bagi Indonesia, namun
tidak pernah dalam skala seluas sekarang. Bahkan beberapa orang asing
menganggap Indonesia sebagai “surga pornografi” karena sangat mudahnya
mendapatkan produk-produk pornografi dan harganya pun murah.Globalisasi pada
hakikatnya ternyata telah membawa nuansa budaya dan nilai yang mempengaruhi
selera dan gaya hidup masyarakat. Melalui media yang kian terbuka dan
terjangkau, masyarakat menerima berbagai informasi tentang peradaban baru yang
datang dari seluruh penjuru dunia. Padahal, kita menyadari belum semua warga
negara mampu menilai sampai dimana kita sebagai bangsa berada. Begitulah,
misalnya, banjir informasi dan budaya baru yang dibawa media tak jarang teramat
asing dari sikap hidup dan norma yang berlaku. Terutama masalah pornografi,
dimana sekarang wanita-wanita Indonesia sangat terpengaruh oleh trend mode dari
Amerika dan Eropa yang dalam berbusana cenderung minim, kemudian ditiru
habis-habisan. Sehingga kalau kita berjalan-jalan di mal atau tempat publik
sangat mudah menemui wanita Indonesia yang berpakaian serba minim mengumbar
aurat. Di mana budaya itu sangat bertentangan dengan norma yang ada di
Indonesia. Belum lagi maraknya kehidupan free sex di kalangan remaja masa kini.
Terbukti dengan adanya video porno yang pemerannya adalah orang-orang
Indonesia. Di sini pemerintah dituntut untuk bersikap aktif
tidak masa bodoh melihatperkembangan kehidupan masyarakat Indonesia. Menghimbau
dan kalau perlu melarang berbagai sepak terjang masyarakt yang berperilaku
tidak semestinya.
SOLUSI
Sekarang di Indonesia
bermunculan lembaga-lembaga media watch yang keras terhadap pers sebagai
jawaban terhadap kian maraknya penerbitan yang bisa disebut “pers kuning”,
“Massen Preese” dan “Geschaft Presse”. Melalui media massa pun, kita dapat
membangun opini publik, karena media mempunyai kekuatan mengkonstruksi
masyarakat. Misalnya melalui pemberitaan tentang dampak negatif pornografi, komentar para ahli dan
tokok-tokoh masyarakat yang anti pornografi atau anti media pornografi serta
tulisan-tulisan, gambar dan surat pembaca yang berisikan realitas yang dihadapi
masyarakat dengan maraknya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar